Selasa, 09 Juni 2009

Ari-ari dari Kacamata Medis
Selasa 09 Juni 2009


SEBAGIAN masyarakat kita menganggap plasenta atau ari-ari sebagai "saudara kembar" dari si jabang bayi. Ada semacam kepercayaan tertentu bahwasanya ada hubungan "gaib" antara si jabang bayi dengan plasentanya.

Tak heran, plasenta atau ari-ari diperlakukan secara baik, bahkan dilakukan berbagai macam ritual yang tidak ada kaitannya dengan agama. Lantas, bagaimana pengertian plasenta atau ari-ari dari pandangan medis?

Apa itu ari-ari?

Ari-ari atau dalam istilah medisnya plasenta adalah organ yang terdapat di dalam rahim yang terbentuk sementara saat terjadi kehamilan. Organ ini berbentuk seperti piringan dengan tebal sekitar 1 inci, diameter kurang lebih 7 inci, dan memiliki berat pada kehamilan cukup bulan rata-rata 1/6 berat janin atau sekitar 500 gram.

Selama berbulan-bulan ari-ari atau plasenta ini sangat berguna pada bayi saat berada di dalam rahim ibu. Pasalnya, melalui organ ini janin memperoleh zat makanan dan kebutuhan hidup yang lainnya. Namun begitu lahir, maka perannya sudah usai.

Plasenta terdiri atas dua bagian, yakni bagian untuk janin atau disebut vili korialis dan bagian untuk ibu yang berasal dari desidua basalis. Di sini, terjadi pertukaran antara janin dan darah ibu yang melalui permukaan vili dan diliputi oleh darah dari desidua basalis yang berasal dari darah ibu.

Hubungan antara sirkulasi janin dan plasenta terbentuk dengan adanya tali pusar yang biasanya berpangkal di bagian tengah plasenta. Tahukah Anda, plasenta umumnya terbentuk lengkap pada kehamilan sekitar 16 minggu usia kehamilan atau saat memasuki trimester kedua kehamilan?

Peran plasenta

Plasenta atau ari-ari memiliki fungsi utama untuk mengusahakan janin tumbuh dengan baik. Hal itu terjadi melalui pemenuhan nutrisi yang berupa asam amino, vitamin, mineral maupun hasil pemecahan karbohidrat dan lemak yang diasup dari ibu ke janin. Sebaliknya, zat hasil metabolisme dikeluarkan dari janin ke darah ibu yang juga melalui plasenta. Plasenta juga berfungsi sebagai alat respirasi yang memberi zat asam dan mengeluarkan karbondioksida. Selain itu, plasenta merupakan hormon, khususnya hormon korionik gonadotropin, korionik samato, mammotropin (plasenta lactogen), estrogen maupun progesteron serta hormon lainnya yang masih dalam penelitian.

Antibodi dari ibu ke janin dapat juga disalurkan melalui plasenta. Sehingga, kekebalan yg diperoleh janin ini dapat berlangsung terus hingga 4-6 bulan setelah dilahirkan.

Selain mengasup zat-zat yang dibutuhkan oleh janin selama di dalam rahim ibu, plasenta juga dapat dilewati oleh kuman dan obat-obatan tertentu yang dapat menimbulkan efek berbahaya bagi janin. Kuman-kuman dan obat-obatan tertentu yang beredar dalam darah ibu dapat melewati plasenta dan menimbulkan kelainan atau cacat pada janin, terutama bila terjadi pada trimester pertama kehamilan.

Sebagai contoh, bila ibu terinfeksi Rubella pada trimester pertama kehamilan maka risiko melahirkan bayi cacat adalah 15-50 persen. Demikian juga, bila ibu masih mengonsumsi obat-obatan tertentu seperti thlidomid dapat menimbulkan fokomelia kelainan bawaan berat oleh antagonis asam folat karena pemberian propilhourasil atau iodium, serta masih banyak obat lainnya yg menimbulkan efek berbahaya bagi janin.

Oleh karena itu, dokter sangat berhati hati dengan pemberian obat pada ibu hamil terutama saat fase pembentukan organ janin yaitu pada trimester pertama kehamilan. Hingga saat ini, masih banyak fungsi plasenta lainnya yang penting bagi kehidupan dan masih terus dalam penelitian.

Plasenta sebagai obat alternatif

Selain melakukan ritual dengan mengubur plasenta atau ari-ari di dalam tanah ternyata ada masyarakat tertentu yang menjadikan tali daripada plasenta tersebut sebagai obat alternatif bagi si jabang bayi bila terserang sakit.

Umumnya sisa ari-ari dibungkus secara khusus kemudian disimpan di tempat yang tersembunyi dan dibiarkan mengering. Bila bayi kembung, sakit perut atau demam bungksan tadi direndam di dalam air masak kemudian air tersebut diminumkan kepada bayi. Ini dilakukan hingga bayi berusia satu tahun.

Teknik pengobatan yang dilakukan oleh mereka kepada si jabang bayi tersebut menurut pandangan dokter adalah tidak benar. Bukankah peran plasenta usai setelah bayi lahir? Jadi, yang teknik pengobatan yang dilakukan para orangtua itu adalah sugesti bahwasanya tali dari plasenta tersebut bisa menyembuhkan sakit yang dirasakan si jabang bayi. Bahkan sampai saat ini belum ada penelitian yang bisa membuktikan kebenarannya.

Memendam plasenta untuk kebersihan

Sekadar memendam (mengubur) plasenta di dalam tanah, tanpa niat apapun kecuali untuk kebersihan atau kesehatan lingkungan tentu boleh dan baik. Sebab, plasenta akan segera membusuk jika tidak segera dipendam. Sehingga, jalan terbaik memang dipendam saja agar tidak merusak lingkungan. Sebaiknya, pendam saja ari-ari dan selesai tanpa diiringi ritual tertentu tanpa merusak akidah agama dan hubungan kita sebagai manusia dengan Sang Khalik.

sucimadri.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Comment Chatt Room